Riset Image and Video Data Analysis – BRIN Buka Peluang Kerjasama Berbagai Pihak

Riset Image and Video Data Analysis – BRIN Buka Peluang Kerjasama Berbagai Pihak

Bandung – Humas BRIN. Menyampaikan hasil riset adalah suatu hal yang penting untuk dilakukan. Esa Prakasa, Kepala Pusat Riset Sains Data dan Informasi (PRSDI) mengatakan bahwa riset PRSDI penting didiseminasikan kepada masyarakat untuk memberikan berbagai peluang layanan khususnya kerjasama dengan berbagai pihak. “Sehingga apa yang Pusat Riset Sains Data dan Informasi kerjakan bisa bermanfaat jauh lebih luas dan berdampak,” tegasnya. Hal ini disampaikannya dalam pembukaan Webinar Series PRSDI dangan topik “Image and Video Data Analysis Series“ pada Rabu, (28/9).

Dipandu oleh Ketua Kelompok Riset Image and Video Data Analysis – PRSDI, Risnandar sebagai moderator, kegiatan Webinar menghadirkan 2 pembicara yaitu Bambang Sugiarto dan Puji Lestari dari kelompok riset image and video data analysis.

Bambang mengatakan bahwa Kayu merupakan salah satu hasil hutan utama sehingga penting menjaga kelestariannya. “Indonesia memiliki 4.000 jenis kayu yang tumbuh di hutan tropis. Dan setiap kayu memiliki karakteristik masing-masing berdasar struktur anatomi melalui identifikasi kayu,” jelasnya.

Lebih rinci Bambang menyebut identifikasi jenis kayu dengan menggunakan teknik tertentu berdampak pada identifikasi yang lebih cepat dan akurat. Dengan kemampuan verifikasi yang baik, kata Bambang, akan memungkinkan memanfaatkan sumber daya tersebut secara tepat sehingga dapat memberikan manfaat bagi Indonesia.

Identifikasi kayu merupakan proses penentuan suatu jenis kayu berdasarkan ciri struktur anatomi kayu yang dimilikinya. Secara makroskopik dan mikroskopis spesies kayu diidentifikasi dengan menentukan jenis serat, pembuluh, sinar, dan struktur lainnya. “Computer Vision untuk identifikasi jenis kayu dilakukan melalui Koleksi Kayu, Akuisisi Citra Kayu, Dataset Citra Kayu, lalu menggunakan metode atau algoritma identifikasi, maka akan diperoleh hasil identifikasi jenis kayu,” tuturnya.

Sementara itu, Puji Lestari menyampaikan tentang riset yang dilakukannya bahwa kebutuhan dari industri perfilman dan broadcasting adalah kualitas gambar dan video yang bagus dan atraktif. “Dengan begitu penonton dapat menerima informasi yang lebih akurat,” paparnya.

Lebih lanjut Puji menjelaskan 2 teknik yang digunakannya dalam deteksi objek manusia menggunakan teknologi Depth Key. “Pertama, un-supervised image segmentation dan kedua supervised image segmentation, masing-masing punya klasifikasinya sendiri,” kata Puji.

Teknik un-supervised image segmentation, jelasnya, tidak membutuhkan training, pendekatan waktunya bisa didapat serta segmentasinya dapat dilakukan dengan cepat. Sedangkan supervised image segmentation, lanjut Puji, bisa dilakukan training secara offline, hasil akurasinya lebih bagus, dan biasanya menggunakan komputasi yang lebih tinggi dibandingkan teknik yang pertama.

Menurut Esa Prakasa, video atau image processing yang digunakan untuk memisahkan objek dan latar belakang sangat bermanfaat terutama di industri perfilman, dan industri penyiaran. “objek nanti dapat dikombinasikan dengan konten-konten informasi yang lain sehingga tampilan yang disajikan lebih menarik dan informatif,” pungkasnya. (MG. ed. KG)