Potensi Kolaborasi BRIN dengan ALICE-CERN

Humas Bandung -BRIN. Kiprah para peneliti BRIN dalam proyek ALICE sudah terjalin sejak Tahun 2014. Para peneliti BRIN yang sebelumnya tergabung dalam LIPI menjadi bagian penting dalam pembangunan A Large Ion Collider Experiment (ALICE) di Jenewa, Swiss. Salah satunya dalam proses pengembangan algoritma berbasis vision untuk pemeriksaan chip sensor ITS; development of vision-based algorithms for inspecting sensor chip of inner tracking system (ITS) detector. Hal ini disampaikan Kepala Pusat Riset Sains Data dan Informasi Esa Prakasa, pada Selasa (21/6/2022) secara daring via zoom.
Membuka webinar Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika Budi Prawara mengatakan kolaborasi BRIN dalam proyek ALICE telah berlangsung sejak 2014 sebagai salah satu upaya meningkatkan kapasitas periset-periset LIPI pada saat itu. Para kolaborator seperti Pak Esa Prakasa diharapkan bisa membagikan ilmu dan mengembangkannya di Indonesia. “Contohnya Riset yang dikembangkan oleh tim pak Esa untuk identifikasi berbagai jenis kayu di Indonesia, riset tersebut bahkan sudah digunakan oleh para pemangku kepentingan seperti Kementerian Kehutanan,” tuturnya.
Budi mengungkapkan rencana ke depan kolaborasi ALICE dengan BRIN terkait partisipasi peneliti Indonesia. Salah satunya pembentukan cluster Alice Indonesia atau Alice ID sebagai lembaga utama yang bertanggung jawab dalam hal kesekretariatan dan infrastruktur rsiet proyek ALICE dengan BRIN sebagai lembaga utama. “Kita usulkan anggotanya BRIN, UI, dan IPB,” cetusnya.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material Ratno Nuryadi yakin webinar ini bisa menjadi kesempatan berharga untuk mengeksplorasi peluang-peluang kolaborasi bagi peneliti BRIN di tingkat global khususnya ALICE. Terlebih BRIN memiliki berbagai disiplin ilmu yang bisa saja dibutuhkan tapi belum terlibat dalam ALICE. Dirinya berharap webinar ini dapat memberikan pengetahuan dan melahirkan diskusi-diskusi positif baik bersifat ilmiah maupun administratif seperti kerja sama. “Kami mendorong sivitas di ORNM dapat berpartisipasi aktif dalam mengambil peluang kolaborasi nanti,” serunya.
ALICE merupakan eksperimen fisika partikel berskala global dan dalam jangka waktu lama. Conseil European Pour La Recherche Nucleare (CERN) menjadi tempat penyelenggaraan riset ini dengan melibatkan 40 negara, 173 institusi, dan 2029 anggota yang mana salah satunya ialah Esa Prakasa. Dirinya bersama rekan-rekan peneliti lain terlibat dalam beberapa kegiatan yang fokus pada inspeksi visual terkait sensor chips.

Sensor chips yang berjumlah puluhan ribu terpasang pada detektor Inner Tracking System (ITS). Sensor merekam proses tumbukan partikel yang terjadi. “Mengamati tumbukan partikel, dari itu dicoba dilacak gerakan partikelnya seperti apa.” tuturnya. Esa terlibat sejak proses desain chip pada periode Tahun 2014-2016, kemudian konstruksi detektor pada 2017-2019, hingga operasional detektor yang masih berlangsung pada tahun ini. Esa terlibat dalam berbagai seperti: 3D Measurement, edge integrity, surface defect, chip pad cleanness, dan chip dimension. “Lalu analisis kami bergeser pada proses pemasangan sensor chip di Flexible Printed Circuit (FPC),” sambungnya.
Ia menilai ciri khas riset di CERN, bagaimana suatu fenomena didekati dengan berbagai macam metode sehingga keluarannya bisa saling memvalidasi atau mengukuhkan mana metode terbaik. Esa paham betul krusialnya sensor dalam proyek ALICE. Kesalahan sedikit saja dalam proses pemotongan chip akan memiliki dampak besar bagi kegiatan riset. “Layaknya memasang ubin gabungan, chip satu dan lainnya rata sehingga kualitas data yang diperoleh bisa bagus,” ungkapnya.
Adapun terkait kesempatan kolaborasi riset ke depan, Esa menilai data-data gambar yang telah dimiliki bisa dianalisis dengan berbagai pendekatan berbeda seperti deep learning. Ia menggarisbawahi faktor kecepatan dalam mengolah data mesti menjadi pertimbangan utama, apalagi proses upgrade jikalau kelak terjadi maka implementasi proses-proses berikutnya pasti akan dipakai. “Ini juga menjadi kesempatan bagi industri kita di bidang manufaktur komponen,” pungkasnya. Selain Esa, peneliti-peneliti lain yang tergabung dalam tim ITS adalah Edi Kurniawan, Adi Nurhadiyatna, Arwa Khoiruddin, Nova Hadi, dan Elli A Gojali. (AS/ER. Ed: KG)